Thursday, November 27, 2008

Keutamaan Belajar dan Mengajarkan Al Qur’an

Oleh : A Dani Permana
adanipermana@gmail.com



"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mengerjakan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri".(Faathir:29-30).
Mempelajari Alquran sangat diperlukan. Disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasul Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tidaklah suatu kaum berkumpul di sebuah rumah Allah, membaca kitab Allah dan mempelajarinya, melainkan akan diturunkan kepada mereka ketenangan, diliputi oleh rahmat, dan dikelilingi oleh malaikat, dan mereka akan disebut-sebut Allah dihadapan orang-orang yang ada di sisi-Nya (para malaikat), dan barang siapa amalnya kurang, tidak dapat ditambah oleh nasabnya. (Diriwayatkan oleh Muslim No. 2699).
Sabda Rasul dalam hadis ini, "Tidaklah suatu kaum berkumpul di sebuah rumah Allah", "Rumah" di sini bukanlah batas, terbukti dengan sebuah hadis riwayat Muslim yang lain yang mengatakan: "Tidaklah suatu kaum berzikir kepada Allah, melainkan akan diliputi oleh para malaikat...." Jika berkumpul di tempat lain, selain rumah Allah (mesjid) maka bagi mereka keutamaan yang sama dengan mereka yang berkumpul di mesjid. Pembatasan "di rumah Allah" dalam hadis di atas, hanyalah karena seringnya tempat itu dijadikan tempat berkumpul, akan tetapi tidak ada keharusan; Berkumpul untuk membaca dan mempelajari ayat-ayat Alquran dan kandungan hukumnya, di mana pun tempatnya akan mendapatkan keutamaan yang sama. Adapun jika berkumpul untuk belajar di mesjid lebih utama, hal itu dikarenakan mesjid mempunyai keistimewaan dan kekhususan yang tidak dimiliki oleh tempat yang lain.
Diriwayatkan oleh ibnu Masud ra. ia berkata, Rasul Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barang siapa membaca satu huruf dari Alquran, maka ia akan memperoleh kebaikan. Kebaikan itu berlipat sepuluh kali. Aku tidak mengatakan, Alif Laam Miim satu huruf, akan tetapi, Alif adalah huruf, Lam huruf, dan Mim huruf. (At Tirmidzi. Nomor:3075).
Dari Usman bin Affan ra. dari Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam ia bersabda;
"Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Alquran dan mengajarkannya kepada orang lain".(Bukhari no : 4739).
Hadis ini menunjukkan akan keutamaan membaca Alquran. Suatu ketika Sufyan Tsauri ditanya, manakah yang engkau cintai orang yang berperang atau yang membaca Alquran? Ia berkata, membaca Alquran, karena Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya kepada orang lain". Imam Abu Abdurrahman As-Sulami tetap mengajarkan Alquran selama empat puluh tahun di mesjid agung Kufah disebabkan karena ia telah mendengar hadis ini. Setiap kali ia meriwayatkan hadis ini, selalu berkata: "Inilah yang mendudukkan aku di kursi ini".
Al Hafiz Ibnu Katsir dalam kitabnya Fadhail Quran halaman 126-127 berkata: [Maksud dari sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkan kepada orang lain" adalah, bahwa ini sifat-sifat orang-orang mukmin yang mengikuti dan meneladani para rasul. Mereka telah menyempurnakan diri sendiri dan menyempurnakan orang lain. Hal itu merupakan gabungan antara manfaat yang terbatas untuk diri mereka dan yang menular kepada orang lain.
Dari Abdullah bin Masud ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda kepadaku: Bacakan Alquran kepadaku. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, aku harus membacakan Alquran kepada baginda, sedangkan kepada bagidalah Alquran diturunkan? Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya aku senang bila mendengarkan dari orang selainku. Kemudian aku membaca surat An-Nisa'. Ketika sampai pada ayat yang berbunyi: {Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (umatmu).} Aku angkat kepalaku atau secara mendadak ada seseorang berada di sampingku. Dan ketika aku angkat kepalaku, aku melihat beliau mencucurkan air mata. Sahih Muslim No: 1332
Imam Nawawi berkata [Ada beberapa hal yang dapat dipetik dari hadis ini, di antaranya: sunat hukumnya mendengarkan bacaan Alquran, merenungi, dan menangis ketika mendengarnya, dan sunat hukumnya seseorang meminta kepada orang lain untuk membaca Al Quran agar dia mendengarkannya, dan cara ini lebih mantap untuk memahami dan mentadabburi Al Quran, dibandingkan dengan membaca sendiri].
“Orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan dia mahir melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam Syurga bersama-sama dengan rasul-rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an, tetapi dia tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan nampak agak berat lidahnya (belum lancar), dia akan mendapat dua pahala.” (Riwayat Bukhari & Muslim)
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti buah Utrujjah yang baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma yang tidak berbau sedang rasanya enak dan manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah seperti raihanah yang baunya harum sedang rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti hanzhalah yang tidak berbau sedang rasanya pahit.” (Riwayat Bukhari & Muslim)
“Sesunggunya Allah swt mengangkat derajat beberapa golongan manusia dengan kalam ini dan merendahkan derajat golongan lainnya.” (Riwayat Bukhari & Muslim)
“Bacalah Al-Qur’an karena dia akan datang pada hari Kiamat sebagai juru syafaat bagi pembacanya.” (Riwayat Muslim)
“Tidak bisa iri hati, kecuali kepada dua seperti orang: yaitu orang lelaki yang diberi Allah swt pengetahuan tentang Al-Qur’an dan diamalkannya sepanjang malam dan siang; dan orang lelaki yang dianugerahi Allah swt harta, kemudian dia menafkahkannya sepanjang malam dan siang.” (Riwayat Bukhari & Muslim)
Rasulullah saw bersabda, Allah berfirman: “Barangsiapa disibukkan dengan mengkaji Al-Qur’an dan menyebut nama-Ku, sehingga tidak sempat meminta kepada-KU, maka Aku berikan kepadanya sebaik-baik pemberian yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta. Dan keutamaan kalam Allah atas perkataan lainnya adalah seperti, keutamaan Allah atas makhluk-Nya. (Riwayat Tirmidzi)
“Sesungguhnya orang yang tidak terdapat dalam rongga badannya sesuatu dari Al-Qur’an adalah seperti rumah yang roboh.” (Riwayat Tirmidzi)
“Dikatakan kepada pembaca Al-Qur’an, bacalah dan naiklah serta bacalah dengan tartil seperti engkau membacanya di dunia karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.” (Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’I)
“Barangsiapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, Allah memakaikan pada kedua orang tuanya di hari kiamat suatu mahkota yang sinarnya lebih bagus dari pada sinar matahari di rumah-rumah di dunia. Maka bagaimana tanggapanmu terhadap orang yang mengamalkan ini.” (Riwayat Abu Dawud)
Abdul Humaidi Al-Hamani, berkata: “Aku bertanya kepada Sufyan Ath-Thauri, manakah yang lebih engkau sukai, orang yang berperang atau orang yang membaca Al-Qur’an?” Sufyan menjawab: “Membaca Al-Qur’an. Karena Nabi saw bersabda. ‘Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
Sejarah Pertumbuhan Ilmu-ilmu Al Qur'an
adanipermana@gmail.com


Al Qur'anul Karim adalah mu'jizat Islam yang kekal dan mu'jizatnya selalu diperkuat oleh Ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah kepada Rasulullah Muhammad saw untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju pencerahan, serta membimbing manusia kejalan yang lurus. Rasulullah saw menyampaikan kepada para sahabatnya "orang-orang Arab asli" sehingga mereka dapat memahaminya berdasarkan naluri mereka. Apabila mereka mengalami ketidakjelasan dalam memahami seuatu ayat, mereka menanyakannya kepada Rasulullah saw.
Bukhari dan Muslim serta yang lain meriwayatkan, dari Ibnu Mas'ud, ia berkata "Ketika ayat ini turun "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan iman mereka dengan kezhaliman" [Al-An'am : 82] banyak orang yang merasa resah. lalu mereka bertanya kepada Rasulullah saw, Ya Rasululla, siapakah diantara kita yang tidak berbuat keshaliman terhadap dirinya? Nabi menjawab : Kezhaliman disini bukan seperti yang kamu pahami, Tidakkah kamu pernah mendengar apa yang dikatakan seorang hamba Allah yang shalih "Sesungguhnya kemusrikan adalah benar-benar kezhaliman yang besar" [Luqman : 13]. Jadi yang dimaksud dengan kezhaliman di sini adalah kemusyrikan.
Rasulullah menafsirkan kepada mereka beberapa ayat. Seperti dinyatakan oleh Imam Muslim dalam sahihnya yang bersumber dari 'Uqbah bin 'Amir, ia berkata: " Aku pernah mendengar Rasulullah berkata diatas mimbar: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan yang kamu sanggupi" [Anfal : 60]. Ingatlah bahwa kekuatan disini adalah memanah.
Memanah dalam pengamatan saya berarti senjata, dimana senjata merupakan lambang kekuatan sesorang atau sebuah kelompok. Dilihat dari keadaan sekarang kita dapat melihat bahwa sebuah negara yang memiliki kekuatan senjata mereka sudah dapat dikatakan negara super power.
Para sahabat sangat antusias untuk menerima Al Qur'an dan Rasulullah saw menghafalnya dan memahaminya. hal itu merupakan suatu kehormatan bagi mereka. Dikatakan oleh Anas ra, "Seseorang diantara kami bila telah membaca surah Al Baqarah dan Al Imran, orang itu menjadi besar menurut pandangan kami, Begitu pula mereka selalu berusaha mengamalkan Al Qur'an dan memahami hukum-hukumnya.
Diriwayatkan dari Abu Abdurrahman as sulami, ia berkata " Mereka yang membacakan Al qur'an kepada kami. seperti Utsmat bin 'Affan dan Abdullah bin Mas'ud serta yang lain menceritakan bahwa mereka bila belajar dari Nabi saw sepuluh ayat, mereka tidak melanjutkannya sebelum mengamalkan ilmu dan amal yang ada didalamnya. Mereka berkata: "Kami mempelajari Al Qur'an berikut ilmu dan amalnya sekaligus."
Inilah kondisi yang membedakan antara masa sahabat Nabi Muhammad dengan masa sekarang, dimana masa sekarang sebagian orang hanya membicarakan Al Qur'an namun tidak mengaplikasikannya, karena mereka sibuk dengan wancana-wancana yang hanya pembicaraan sesaat. Terlebih lagi ada sekelompok kaum yang berani mempelintirkan makna ayat yang disesuaikan dengan hawa nafsu.
Rasululah saw tidak menigizinkan para sahabat menulis sesuatu dari dia selain Al Qur'an, karena ia khawatir Al Qur'an akan tercampur dengan yang lain. Muslim meriwayatkan dari Abu Sa'id al Khudri, bahwa Rasulullah saw berkata: Janganlah kamu tulis dari aku, barang siapa menuliskan dari aku selain Al Qur'an hendaklah dihapus. Dan ceritakan apa yang dari aku, dan itu tiada halangan baginya. Dan barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku, ia akan menempati tempatnya di api neraka."
Sekalipun sesuadah itu Rasulullah saw mengizinkan kepada sebagian sahabat untuk menulis hadist, tetapi hal yang berhubungan dengan Al Qur'an tetap didasarkan pada riwayat yang melalui petunjuk di zaman Rasulullah saw, dimasa kekhalifahan Abu bakar dan Umar radhiallahu 'anhum.
Kemudian datang masa kekgalifahan ustman bin 'Affan da keadaaan menghendaki untuk menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf. Dan hal itupun terlaksana. Mushaf itu disebut mushaf Imam. Salinan-salinan mushaf itu juga dikirimkan kebeberapa propinsi. Penulisan mushaf ini dinamakan Ar Rasmul 'Usmani yaitu dinisbahkan kepada Usman. Dan ini dipandang sebagai permulaan dari 'Ilmu Rasmil Qur'an
Kemudian datang pada masa Ali radhiallahu 'anhu, dan diatas perintahnya Abul aswad ad Du'ali meletakan kaidah-kaidah nahwu cara mengucapan yang tepat dan baku serta memberikan ketentuan harakat pada Al Qur'an. Ini juga dipandang sebagai permulaan 'Ilmu I'rabil Qur'an.
Para sahabatsenantiasa melanjutkan usaha mereka dalam menyampaikan makna-makna Al Qur'an dan penafsiran ayat-ayatnya yang berbeda-beda diantara mereka, sesuai dengan kemampuan para sahabat yang berbeda-beda dalam memahami dan karena adanya perbedaaan lama dan tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah saw. Hal yang demikian diteruskan oleh murid-murid mereka, yaitu para tabi'in.
Diantara para mufasir yang termasyhur dikalangan sahabat adalah empat orang khalifah, kemudian Ibnu Mas,ud, Ibnu Abbas, Ubai bin ka'ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa Al Asyari dan abdullah bin Zubair. Banyak riwayat mengenai tafsir yang diambil dari Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas'ud dan ubai bin Ka'ab, dan apa yang diriwayatkan dari mereka tidak berarti sudah merupakan tafsir Al Qur'an yang sempurna, tetapi terbatas pada makna beberap ayat dengan penafsiran tentang apa yang masih samar serta pernjelasan yang masih global. Mengenai para tabi'in diantara mereka ada satu kelompok terkenal yang mengambil ilmu ini dari para sahabat disamping mereka sendiri bersungguh-sungguh atau melakukan ijtihad dalam menafsirkan ayat.
Dan yang diriwaytkan dari mereka pada masa sahabat, tabi'in adalah semua itu meliputi Ilmu Tafsir, Ilmu gharibil Qur'an, Ilmu Asbabun Nuzul, Ilmul Makki wal Madani, Ilmu Nasahk dan Mansukh. tetapi semua ini tetap didasarkan pada riwayat dengan cara didiktekan.
Pada abad kedua hijriyyah tiba masa pembukuan yang dimulai dengan dengan pembukuan hadist dengan segala babnya yang bermacam-macam dan itu juga menyangkut hal yang berhubungan tafsir. Maka sebagian ulama membukukan tafsir Al Qur'an yang diriwayatkan dari Rasulullah saw dari para sahabat atau dari tabi'in
Demikianlah tafsir pada mulanya dinukil [dipindahkan] melalui penerimaan [dari mulut ke mulut] dari riwayat, kemudian dibukukan sebagai salah satu bagian dari hadist, selanjutnya ditulis secara bebas dan mandiri. Maka berlangsunglah proses kelahiran tafsir bil matsur, tafsir bil ra'yi.
Demikianlah sedikit uraian tentang sejarah ilmu-ilmu tafsir. Semoga bermanfaat.

No comments: